Doclang, Kuliner Khas Bogor yang Mulai Menghilang
Doclang merupakan kuliner asli Bogor. Kudapan yang sudah masuk Warisan Budaya Takbenda (WTYB) ini berisi potongan pesor (semacam lontong), irisan kentang rebus, tahu goreng, dan kerupuk yang diguyur dengan bumbu kacang sedikit pedas dan beraroma rempah.
Sekilas, Doclang terlihat seperti kupat tahu khas Bandung. Tapi pembedanya ada pada kentang rebus, bumbu kacang yang rada kasar, dan ada pada lontongnya alias pesor.
Bahan pesor inilah yang menjadi ciri khas doclang—ia dibungkus dengan daun patat yang bernama ilmiah Phrynium Capitatum.
Kepercayaan orang Sunda pada daun patat, senada dengan keyakinan orang-orang Tiochiu dari Guangdong, Guangxi dan Yunan yang menggunakan daun ini untuk membungkus zongzi (Bakcang).
Histori doclang terdapat dua versi. Pertama nama doclang merupakan bahasa plesetan “Deutschland” dari bahasa Belanda.
Lalu versi kedua merupakan akronim dari bahasa Sunda, yaitu “Bumbu Ledok Nganggo Kacang”.
Tapi menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, doclang awalnya berasal dari China atau Tionghoa.
Di Indonesia, makanan khas negeri Tirai Bambu ini berupa nasi dengan tambahan daging di dalamnya dan dibungkus dengan daun bambu. Ada juga yang berpendapat bahwa doclang pertama kali dibawa oleh pedagang Tionghoa dan telah ada sejak tahun 1600-an atau 1800-an.
Doclang dijajakan oleh pedagang dengan cara berkeliling. Mereka memikul barang dagangan dan menjajakannya di berbagai daerah di Bogor.
Penjual doclang dapat ditemui dari pagi sampai siang hari di daerah perumahan atau perkampungan warga. Ada juga penjual yang berjualan hingga sore atau malam hari di kawasan Jembatan Merah Bogor.
Kini sudah banyak penjual doclang yang menggunakan gerobak.
Namun sekarang doclang semakin jarang dijumpai. Meskipun doclang semakin langka, cerita dan kenangan tentang makanan ini tetap hidup. Bagi yang belum mencicipi, doclang adalah pengalaman kuliner yang patut dicoba ketika berkunjung ke Bogor. MAULAYA/***