Filosofi Panathenaic Stadium Yunani Ada di Teras Samarinda
SAMARINDA-Pada dasar yang paling berwarna, warna putih kalah persis arsitektur bangunan Yunani Panathenaic Stadium, tempat pertunjukan dan ruang publik masa Yunani kuno sampai menghasilkan para pemikir dan filsuf dunia. Tapi ini bukan yunani, arsitektur yang sama membentang persis di tepi sungai Mahakam namanya Teras Samarinda, berlokasi di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Jawa, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Teras Samarinda di tepi sungai mahakam adalah kemudahan akses pada intermezo dan rekreasi ruang publik ala Yunani yang di Indonesiakan. Jeda sejenak dari kepenatan Orang-orang setempat menikmati dosis 'rekreasi' yang rutin. Teras Samarinda dengan segala panoramanya seakan bisa menjadi pelipur jenuh. Menyempatkan diri memandang deburan sungai, macetnya transportasi di sungai mahakam serta lalu lalang jalur pengangkut batubara, seakan membuat dokumentasi tentang kayanya alam kalimantan.
Teras Samarinda di tepi sungai mahakam, barangkali satu atau dua menit, sudah cukup memenuhi kepuasan batin. Sangat di sayangkan jika tempat ala pertunjukan yunani ini, hanya di jadikan sebagai tempat melihat ramainya rombongan orang serta padatnya lalu lintas darat dan sungai. Tetapi teras samarinda pada dasarnya mempunya makna yang mendalam untuk wisata dengan judul "berfikir dan melihat kedepan".
" Teras Samarinda adalah tempat berfikir yang relevan bagi para penulis. Saya adalah penulis puisi dan menyusun naskah Teater. Inspirasi pena terbesar saya adalah teras Samarinda. Lihatlah bung filosofinya. Tenang dan berjuang seperti kuatnya arus mahakam yang tak terlihat di atas permukaan", kata mario Weruin yang sedang membuat tulisan di bawa panorama Teras Samarinda, Kalimantan Timur, pada (2/12/24).
Intermezo, setidaknya bagi saya, bukan kekosongan atau ruang hampa. Bukan juga pelarian diri yang sia-sia. Teras Samarinda memang mampu membuat candu para pengamat untuk masuk ke dalam diri, melihat kedepan seperti pasien anestesi. Tanpa rasa dan mati sesaat. Dengan arsitektur bangunan ala yunani berwana putih menambah ketenangan batin di tengah hiruk-pikuk keramaian.
Menatap sungai Mahakam dari teras Samarinda, seakan menjadi daya tarik yang menggiurkan bagi orang yang hidupnya dipadati kesibukan sekian lama. Tapi bukan soal menerima kepuasan rekreatif saja orang pergi ke teras Samarinda. Di sana, kita 'meredefenisi' kerumitan-kerumitan yang sering kita keluhkan di dalam benak. Lalu buanglah kerumitan itu pada sungai yang mengalir dan pandanglah kedepan melihat rejeki dan peluang lewat gambaran kekayaan aktifitas kapal pengangkut batubara.
Ketenangan sungai dan atmosfer bisa membantu kita melihat kegelisahan hidup secara lebih jernih, matang dan bijak. Saya sering membawa persoalan-persoalan di kepala saat ke wisata teras Samarinda. Saya tidak meninggalkannya begitu saja. Mencari solusi di situasi yang tepat adalah kemewahan, salah satu yang bisa disediakan alam secara cuma-cuma.
Rekreasi itu sebuah "re" dan "kreasi", penciptaan ulang. Rekreasi tidak harus membuang persoalan sehari-hari. Justru ia jadi sarana yang tepat untuk membentuk solusi dan jawaban baru atas dunia yang dikeluhkan serba rumit dan padat itu. Maka Teras Samarinda adalah adalah tempat yang cocok untuk rekreasi dengan judul lihat rejeki kedepan dan tenang seperti sungai mahakam yang tenang tetapi berjuang keras seprti kuatnya arus mahakam yang tak terlihat. Semoga Teras samarinda menghasilkan banyak pemikir terkenal seperti wisata Yunani Panathenaic Stadium.
Laporan: Randy Tukan