Gema Sasmita: PPSM Harus Cermat, Setelah Terdiskualifikasi, Jangan Sampai klimaks di Tangan Para "Maestro Promotor".
Jakarta (Kilasberita) – Dulu dibanggakan, kini ditertawakan. Begitulah ironi yang menimpa PPSM Magelang, klub yang seharusnya menjadi simbol kebanggaan kota, kini justru menjadi bahan perbincangan negatif di kancah sepak bola nasional. Setelah sempat diskualifikasi dari Liga 3 akibat ulah oknum suporter, PPSM kini dihadapkan pada ancaman lain yang tak kalah penting: potensi kedatangan promotor "oportunis" yang hanya memanfaatkan situasi sulit klub.
"Ini bukan lagi sekadar masalah suporter yang rusuh, tapi sudah menyangkut manajemen yang lembek dan potensi datangnya para 'penumpang gelap' yang berkedok promotor," sentil Gema dengan nada geram.
Gema Sasmita, putra daerah Magelang yang juga Anggota Dewan Pakar Gerakan Solidaritas Nasional (GSN), organisasi yang diketuai oleh Rosan Roeslani dengan Prabowo Subianto sebagai ketua dewan pembina, tak bisa lagi menahan kekecewaannya. Ia menyampaikan kritik pedas terhadap berbagai pihak yang dianggap bertanggung jawab atas keterpurukan PPSM.
"Diskualifikasi kemarin adalah puncak gunung es dari berbagai masalah yang selama ini dipendam. Manajemen harus berbenah total, jangan hanya cuci tangan dan menyalahkan suporter, seain itu PPSM harus sangat berhati-hati dalam memilih mitra. Jangan sampai tergiur iming-iming sesaat tanpa melihat rekam jejak dan kapasitas promotor secara mendalam," ujar Gema dengan nada tegas. "PPSM kan sudah cukup lama berjuang untuk mengangkat kembali nama club kesayangan. Jangan sampai upaya ini sia-sia hanya karena salah langkah dalam memilih promotor."
Gema menambahkan, promotor yang tepat bukan hanya soal modal finansial, tetapi juga inklusifitas dan visi yang sejalan dengan tujuan jangka panjang PPSM. Ia menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap kerja sama yang dijalin.
"Promotor harus memiliki visi yang sama dengan kita, bisa merangkul semua pihak, dan tentu terutama yaitu bisa memajukan sepak bola Magelang secara berkelanjutan. Bukan hanya sekadar mencari keuntungan sesaat alias pedagang. Kita tahu masalah PPSM itu pelik, banyak masalah, seperti terdiskualifikasi dari Liga 3 musim 2023/2024 akibat ulah oknum suporter," imbuhnya.
Kekhawatiran Gema bukan tanpa dasar. Sejarah sepak bola dipenuhi kisah klub yang terjerumus akibat salah memilih promotor. Di Indonesia, beberapa klub pernah mengalami masalah finansial parah, bahkan hingga degradasi, akibat promotor yang ingkar janji atau tidak memiliki komitmen jangka panjang. Janji investasi besar hanya menjadi isapan jempol, meninggalkan klub dalam lilitan utang dan ketidakpastian.
Di Eropa, kasus Leeds United di awal tahun 2000-an menjadi contoh klasik. Investasi besar-besaran yang didorong oleh ekspektasi tinggi dan manajemen yang kurang hati-hati akhirnya berujung pada kebangkrutan dan degradasi. Lebih baru, kasus klub-klub Italia yang berganti pemilik dengan janji manis namun berakhir dengan masalah finansial dan bahkan diskualifikasi dari liga, menjadi pelajaran berharga.
Gema juga menyinggung konsep promotor klub di Jepang, di mana seringkali perusahaan besar menjadi promotor dan memiliki komitmen jangka panjang terhadap pengembangan klub. Mereka tidak hanya memberikan suntikan dana, tetapi juga terlibat dalam manajemen, pembinaan pemain muda, dan pengembangan infrastruktur. Contohnya adalah Toyota yang mendukung Nagoya Grampus, atau Mitsubishi yang mendukung Urawa Red Diamonds. Model ini menekankan keberlanjutan dan stabilitas, bukan hanya keuntungan sesaat.
"Ya kita lihat saja siapapun yang tertarik memajukan PPSM, harus paham pemikiran fundamental tersebut. Kita uji kesetiaanya. Kita ini perlu belajar dari Jepang. Promotor di sana melihat klub sebagai investasi jangka panjang, bukan sekadar alat untuk mencari keuntungan instan. Mereka berinvestasi pada pembinaan usia muda, infrastruktur, dan manajemen yang profesional," jelas Gema.
Sebelumnya, seperti diberitakan kilasberita.id, Gema telah mendesak Pemerintah Kota Magelang untuk menciptakan visi yang jelas bagi PPSM. Ia menilai, tanpa visi yang kuat, PPSM akan sulit berkembang dan berpotensi mengalami stagnasi.
Kini, dengan munculnya isu pemilihan promotor, tantangan yang dihadapi PPSM semakin kompleks. Dibutuhkan kejelian dan kehati-hatian dari manajemen PPSM untuk memastikan bahwa langkah yang diambil benar-benar tepat dan membawa dampak positif bagi kemajuan tim.
"Saya berharap, manajemen PPSM dapat mengambil pelajaran dari berbagai kasus yang terjadi di sepak bola Indonesia dan dunia. Jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama," pungkas Gema.
Situasi ini menuntut keseriusan dan langkah konkret dari semua pihak terkait, mulai dari manajemen PPSM, pemerintah kota, hingga para suporter. Masa depan sepak bola Magelang ada di tangan mereka.