Help Pemda Flotim, Hati Nurani vs Akal dan Problem Gunung Lewotobi
SAMARINDA- KILASBERITA.ID- Pemerintahan adalah bentuk akal yang dimanusiakan. Sedangkan kebijakan adalah hati nurani yang diakali. Antara hati nurani dan akal adalah diskon bagi makluk hidup terkhusus manusia.
Secara metahistory akal dan hati nurani pernah pisah ranjang dalam satu kamar. Pada abad 16, terjadi polemik yang dahsyat antara humanisme dan sekolatisisme. Satu berbicara tentang hati nurani dan yang lain tentang akal. Para filsuf berbasis skolatisisme, menampar keras kaum orator berbasis humanisme.
Menurut para filsuf, paling penting bagi manusia adalah "akal dan pikiran" bukan "hati nurani". Wawasannya bahwa ;untuk apa berbicara tentang kebaikan jika didasarkan pada kematian pikiran dan kekosongan. Sebaliknya kaum orator menampar keras kembali; untuk apa pikiran itu digunakan jika tidak dengan hati nurani yang tumpul dan mati.
Artinya pernah terjadi adu jetos seni hati nurani dan akal. Apakah manusia yang ber manusia adalah mereka yang menggunakan hati nurani atau akal. Namun pada dasarnya polemik itu merupakan bentuk perdebatan antar seni, dengan endingnya bersatu kembali di satu ranjang.
Hati nurani vs akal dan Pemerintah.
Dasar bagi figur yang duduk di kursi pemerintahan adalah kualitas hati nurani dan akal. Akal selalu mempertimbangkan antara untung atau rugi, cepat atau lambat, mudah atau sulit, beresiko atau tidak, dan sejenisnya. Sementara itu, hati nurani selalu mempertimbangkan baik atau buruk, manusiawi atau tidak, jujur atau tidak jujur, adil atau tidak adil, dan seterusnya.
Setiap pejabat memiliki dua perangkat tersebut, yaitu akal dan sekaligus hati. Keduanya akan memberikan pertimbangan dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi masyarakat. Ada pejabat tertentu lebih mengedepankan akalnya, sedangkan sementara lainnya lebih mengedepankan hatinya. Jika yang dikedepankan adalah akalnya, maka hasilnya akan berbeda dari yang dikedepankan adalah hatinya. Dan tentu, akan menjadi sempurna jika keduanya digunakan secara seimbang, pada tempat yang pas dan waktu yang tepat.
Problem Lewotobi untuk akal dan hati pemda Flotim.
Akir-akir ini tersebar sebuah vidio menarik untuk mengkaji kematian akal dan pikiran bagi pemda Flotim. Mengenai penanganan bencana dan korban letusan gunung Lewotobi. Munculnya sebuah vidio viral peda kunjungan wapres terpilih pak Gibran bersama rombongan, mengunjungi para pengungsi korban letusan gunung lewotobi laki-laki di kec. Titehena, kabupaten Flores Timur, NTT. Pada ( 14/11/24).
Vidio tersebut berisi jawaban kadis perumahan Flotim terhadap pertanyaan Mentri perumahan; Maruarar Sirait, pada (14/11/24) . Di lokasi pengungsian, mentri perumahan bertanya apakah kadis perumahan Flotim sebelumnya pernah mengunjungi korban pengungsian? Atau belum. Siapa sangka jawaban kadis Flotim seakan membunuh semangat para penderma yang memberi dengan hati untuk korban letusan gunung lewotobi, Nusa Tenggara Timur.
" Saya belum pernah kesini pak sebelumnya. Tapi tim saya sudah bergerak sebelumnya." Jawaban Kadis Perumahan Flotim.
Dari jawaban pemerintah Daerah Flores Timur memang sederhana. Sayangnya kesederhanaan jawaban itu, membuka pakaian yang alim tentang kebobrokan pemerintah daerah Flores Timur dalam menangani korban Gunung lewotobi.
Pemerintah Flotim ternyata masih ada yang menutup mata dan telinga ketika jeritan itu semakin terasa. Kematian hati nurani pada lingkaran pemda Flotim begitu nyata ketika jeritan masyarakat Flores timur begitu menggema di semua kota Indonesia. Diluar sana para mahasiswa, masyarakat, komunitas, dan pelbagai organisasi membuat moto "Duka NTT adalah Duka bersama".
Penggalangan dana diadakan di berbagai tempat di seluruh Indonesia, tanpa mengenal status. Pampangan open donasi dimana-mana dengan tema, duka masyarakat NTT menjadi Duka bersama. Semua masyarakat bergerak untuk sesama saudara di NTT. Sayangnya pemerintah setempat masih sempat duduk diam seakan bermeditasi.
Memanfaatkan moment mencari muka ketika para pejabat pusat hendak berkunjung. Inilah yang saya sebut kematian hati nurani pemerinta sangat riskan. Perihal ini sebaiknya pemerintah lebih mengedepankan hati nurani, agar tidak memanfaatkan moment masa sulit ini untuk kepentingan pribadi dan tidak memandang untung dan rugi.
Jika pemda Flotim mengedepankan akal dalam moment ini, niscaya akan muncul figur-figur pejabat yang hanya duduk diam, bergerak secara sunyi untuk memanfaatkan moment duka masyarakat NTT untuk kepentingan pribadi.
Tatapi marilah kita bangun dari tempat tidur kita, kita bergerak bersama, bergerak dengan hati, bergerak tanpa memandang Untung dan rugi, bersama semua masyarakat Indonesia yang sudah bergerak dengan moto "duka mereka adalah duka bersama."
Penulis : Randy Tukan, (anggota Ikatan mahasiswa Flobamora Samarinda)