Jelang Pesta Demokrasi, Riset Menyebut Ada Pergerakan Siber di Media Sosial
KILASBERITA.ID - Jelang Pemilihan Umum (Pemilu), Center for Digital Society (CfDS) menyebutkan ada pergerakan pasukan siber.
Menjelang pesta demokrasi, tentunya para politikus maupun simpatisan punya strategi dan cara masing-masing untuk memenangkan suara.
Guna memenangkan suara, berbagai teknik promosi sudah mulai terlihat bertebaran, khususnya di media sosial.
Dilansir dari SuaraMerdeka.com, dalam forum diskusi "Tren Bacapres pada Platform X: Perang Opini, Cyber Troop, hingga Cawe-cawe Jokowi", CfDS UGM menyebut indikasi pergerakan pasukan siber (cyber troop) pada semua bakal calon presiden.
"Hal ini mencerminkan kesamaan antara ketiga bacapres yang menaruh perhatian terhadap kampanye di media sosial,'' kata Manajer Riset CfDS UGM Agung Tri Nugraha di Digital Intelligence Lab (DIL) Fisipol UGM, Rabu 27 September 2023.
Pernyataan itu memperkuat hasil riset yang pernah dilakukan Oxford Internet Institute pada tahun 2019 dengan judul ''Global Inventory of Organised Social Media Manipulation''.
Tidak hanya itu, hasil riset itu memperkuat juga riset Sastramidjaja dan Wijayanto (2022) tentang ''Cyber Troops, Online Manipulation of Public Opinion and Co-Optation of Indonesia's Cybersphere''.
Kemudian, dalam forum diskusi tersebut, Agung menjelaskan penelitian untuk merespons tren terkini yang berpengaruh terhadap perbincangan online dan dukungan kepada tokoh-tokoh politik di Indonesia.
Data tersebut mencakup berbagai macam cuitan, komentar, dan interaksi yang terkait dengan pemilihan presiden dan isu-isu politik terkini.
Ia mengumpulkan sebanyak 59.155 posts dengan menggunakan beberapa kata kunci terkait Pemilu 2024, Capres, dan Partai Politik.
Setelah menghapus posts yang duplikatif, tersisa 50.503 posts.
Temuan penelitian CfDS menurut Agung mengindikasikan media sosial, khususnya X akan memainkan peran kunci dalam Pemilu.
Ia menyampaikan beberapa rekomendasi setelah melihat hasilnya.
Pertama, para elite dan partai politik hendaknya memanfaatkan media sosial sebagai sarana kampanye yang positif serta membangun guna menciptakan iklim demokrasi yang lebih sehat.
Bagi para elite dan parpol, mereka bisa memanfaatkan media sosial sebagai sarana kontestasi gagasan, ide serta visi misi dibandingkan untuk menyebarkan kampanye hitam," tandasnya.
Ia juga menyarankan Pemerintah dan platform media sosial dapat lebih proaktif menindak konten-konten yang bersifat disinformasi sehingga dapat diredam lebih cepat penyebarannya.
Masyarakat harus lebih kritis supaya tidak terjerumus pada ujaran kebencian yang bisa memicu perpecahan dan polarisasi.***
Disclaimer: berita tersebut sudah ditayangkan di SuaraMerdeka.com dengan judul "Media Sosial Mulai Hangat dan Ramai, Ada Pergerakan Pasukan Siber Menjelang Pemilu"