Klaim Cabup Bogor No 1 Menangi 75 Persen Hasil Survei, JAMUS ' Mending Tidur Pak Gak Usah Kampanye

Klaim Cabup Bogor No 1 Menangi 75 Persen Hasil Survei, JAMUS ' Mending Tidur Pak Gak Usah Kampanye

Smallest Font
Largest Font

BOGOR - Jaringan Aktivis Muda Bayu-Kang Mus (JAMUS) memaklumi klaim survei elektabikitas 75 persen calon bupati Bogor nomor 1 Rudy Susmanto. 

Menurut pentolan JAMUS, Prastyansyah Nugraha, yang disampaikan Rudy Susmanto adalah bentuk klaim pribadi, bukan pernyataan resmi dari LSI. 

"Itu mah hanya klaim sepihak Rudy Susmanto saja, bukan pernyataan resmi dari LSI. Kalau ada pernyataan resmi LSI, mungkin beda ceritanya," ujarnya. 

Prastyansyah Nugraha mengugkap, apa yang diungkapkan oleh Rudy Susmanto itu berbeda dengan informasi yang didapatnya. 

"Pak Rudy mengklaim dapat 75 Persen versi LSI. Nah, kita malah dapat bocoran isu jika hasil survei LSI tidak seperti itu. Versi yang kita terima, paslon nomor 01 dapat 47,3 persen dan Paslon nomor 02 meraih 48,9 persen," sebutnya. 

Prastyansyah Nugraha pun memperyanyakan versi mana survei yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. 

"Kalau klaim Pak Rudy sudah mencapai 75 persen, mending tidur saja pak. Udah pasti menang. Kami nggak mungkin bisa mengejar ketertinggalan elektabilitas. Kalau besok bapak dan tim masih sosialisasi, maka artinya klaim itu cuma omon-omon," katanya. 

"Kalau klaim mereka sudah 75 Persen, coba LSI nya sampaikan ke publik biar terang benderang. Buat kami, itu tidak mengganggu perjuangan kami untuk memenangkan Bayu-Kang Mus. Kami semakin bekerja keras untuk mencapai target kemenangan minimal 53 persen," imbuhnya. 

Sementara, Direktur LPKP Rahmatullah alias Along meragukan klaim cabup Rudy Susmanto yang elektabilitasnya menembus 75 persen. 

"Saling klaim itu sah-sah saja dalam politik. Hanya saja, kalau tidak mendasar dan rasional, itu akan menjadi sebuah blunder dan mungkin akan menjadi bahan tertawaan," kata dia. 

Along sapaan karibnya mengatakan, pengalamannya jika melakukan survei, itu terdapat metodenya. Salah satunya menentukan populasi dan sampel 

Tentukan populasi yang akan menjadi sumber data penelitian, selain itu kemudian pilih sampel dari populasi tersebut," kata Along. 

Selain itu juga harus menentukan jenis survei yang akan digunakan, misalnya wawancara atau kuesioner.  Jadi ada prosedur standarnya. 

"Jadi lembaga manapun bisa, apalagi jika lembaga itu tidak ada titipan kepentingan salah satu calon atau benar independen dan punya integritas. Dan yang menyampaikan hasil surveinya itu lembaga itu sendiri, dengan metode yang dipakainya," katanya.

Along menuturkan, kalau dari hasil analisa timnya dan temuan di lapangan itu, kandidat paslon nomor urut 01 itu koalisi gemuk dengan 17 partai, belum ada yang turun ke lapangan melakukan konsolidasi dan mengajak ke masyarakat. 

"Gerakan Koalisi 17 partai itu hanya lewat media saja, seperti banner bergambar kandidat Paslon nomor urut 01 dan ketua-ketua partai atau anggota dewan saja. Tapi untuk gerakan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, itu tidak maksimal atau bahkan bisa dibilang stagnan," kata Along. 

Stagnan yang dimaksud Along adalah koalisi partai besar tapi banyak yang tidak bergerak. Hal ini harus menjadi bahan evaluasi secara menyeluruh oleh paslon nomor urut 02. 

Hal berbeda yang dilihat Along pada Paslon nomor urut 2, di mana Bayu Syahjohan dan Kang Mus sudah terlihat kerjasamanya yang sangat baik. 

Sejak kedua orang tersebut mendaftarkan diri sebagai pasangan calon bupati dan wakil bupati Bogor, keduanya kompak turun langsung ke tengah masyarakat. 

"Hal berbeda dengan du tubuh paslon no 2, di mana calon bupati dan wakil bupati hampir setiap hari ada gerakan dan langsung bersentuhan dengan masyarakat di bawah," kata Along. MAULAYA

Editors Team
Daisy Floren

Populer Lainnya