Mengukir Jejak di Samudra Pembangunan: Kisah Bahtera Olahraga Masyarakat

Mengukir Jejak di Samudra Pembangunan: Kisah Bahtera Olahraga Masyarakat

Smallest Font
Largest Font

Pengantar : Bahtera Olahraga Masyarakat

Olahraga masyarakat bukan sekadar kumpulan aktivitas fisik; ia adalah armada besar yang terdiri dari jutaan individu bersemangat, berlayar di lautan pembangunan bangsa. Ombak sejarah telah membawa armada ini dari tepian rekreasi menuju perairan yang lebih dalam, di mana kesehatan, persatuan, dan produktivitas menjadi muatan berharga. Dengan peta navigasi yang jelas, armada ini akan menjadi kekuatan pendorong Indonesia menuju masa depan yang gemilang.

Saat ini, Indonesia memiliki jumlah penduduk mencapai 273,8 juta jiwa (BPS, 2025), dengan gini rasio berada di angka 0,38, menunjukkan adanya tantangan besar dalam pemerataan kesejahteraan. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada tahun 2028-2029, dengan proyeksi pertumbuhan 5,2% pada tahun 2025. Di sisi lain, belanja untuk program kesehatan dan nutrisi terus meningkat, termasuk inisiatif Program Makanan Bergizi, dengan alokasi anggaran mencapai Rp420 triliun (setara $28 miliar). Program ini bertujuan menyediakan makanan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah dan ibu hamil untuk mengatasi malnutrisi yang masih melanda 24,4% anak Indonesia.

Namun, dampak dari program ini tidak hanya terbatas pada gizi semata. Hubungannya dengan olahraga masyarakat sangat erat. Asupan gizi yang memadai menjadi fondasi utama untuk membangun generasi yang sehat dan produktif. Anak-anak dengan gizi baik memiliki energi dan daya tahan yang lebih tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan olahraga. Dengan memadukan program makan bergizi dengan promosi olahraga masyarakat, kita tidak hanya membangun tubuh yang kuat, tetapi juga semangat persatuan dan disiplin dalam masyarakat.

Ke mana armada olahraga masyarakat ini akan berlayar? Pertanyaan ini mengundang kita untuk merenungkan masa lalu, menganalisis masa kini, dan bersama-sama merancang visi masa depan yang akan membawa Indonesia mencapai puncak kejayaan: masyarakat sehat, bugar, produktif, dan bersatu dalam cita-cita besar bangsa.

RPJMN dan Evolusi Pembangunan Olahraga Masyarakat di Indonesia

Olahraga masyarakat telah menjadi bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia sejak era Orde Baru. Dari penekanan pada konsolidasi sosial di masa awal hingga visi "Astha Cita" di era Prabowo Subianto, pendekatan terhadap olahraga masyarakat telah mengalami evolusi yang signifikan, mencerminkan perubahan prioritas dan tantangan bangsa.

Era Orde Baru: Olahraga sebagai Alat Konsolidasi Sosial

Di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, olahraga dipandang sebagai instrumen penting untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mendukung stabilitas nasional. Program-program seperti Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan dan kegiatan masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik sekaligus menanamkan disiplin dan semangat kebersamaan. SKJ, dengan musik dan gerakan yang khas, menjadi fenomena massal yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Selain SKJ, ada pula program-program lain seperti lomba gerak jalan, senam pagi di instansi-instansi pemerintah, dan kegiatan olahraga massal lainnya. Namun, pada masa ini, fokus utama masih pada stabilitas politik dan ekonomi, sehingga alokasi sumber daya untuk pengembangan olahraga masyarakat secara komprehensif mungkin belum sebesar era-era berikutnya. Sayangnya, data statistik yang spesifik mengenai partisipasi olahraga masyarakat pada era ini cukup terbatas.

Era Reformasi dan Awal Abad ke-21: Integrasi dengan Kesehatan Masyarakat dan Tantangan Tata Kelola

Memasuki era Reformasi, penekanan pada olahraga mulai bergeser, dengan integrasi olahraga rekreasi sebagai bagian dari strategi peningkatan kesehatan masyarakat pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam RPJMN Jilid I (2005–2009). Namun, periode awal reformasi juga diwarnai dengan tantangan tata kelola di sektor keolahragaan.

Pembubaran Kemenpora dan Isu Korupsi

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sempat dibubarkan pada tahun 1999 dan dilebur ke dalam Kementerian Pendidikan Nasional (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini). Keputusan ini didasari oleh berbagai pertimbangan, salah satunya adalah isu korupsi yang dianggap merajalela di tubuh Kemenpora. Istilah "lumbung koruptor" sempat mencuat untuk menggambarkan kondisi kementerian tersebut pada saat itu.

Pembubaran ini merupakan langkah drastis yang diambil Gusdur untuk merespons tuntutan reformasi dan pemberantasan korupsi. Namun, kebijakan ini juga menuai kontroversi dan kritik. Banyak pihak yang menilai bahwa pembubaran Kemenpora justru akan mengganggu pembinaan dan pengembangan olahraga di Indonesia. Setelah melalui berbagai pertimbangan dan desakan, Kemenpora akhirnya dibentuk kembali pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Lahirnya FOMI (Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia)

Di tengah dinamika reformasi dan upaya penataan kembali sektor keolahragaan, muncul inisiatif untuk membentuk organisasi yang fokus pada pengembangan olahraga masyarakat. Pada tanggal 21 Februari 2000, lahirlah Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI). FOMI didirikan sebagai wadah organisasi olahraga rekreasi di Indonesia, dengan tujuan untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.

Pendirian FOMI dilatarbelakangi oleh kesadaran akan pentingnya olahraga bagi kesehatan dan kebugaran masyarakat secara luas. Selain itu, FOMI juga didirikan sebagai respons terhadap kebutuhan akan organisasi yang secara khusus menangani olahraga rekreasi, yang sebelumnya kurang mendapat perhatian yang memadai. FOMI kemudian menjadi cikal bakal dari Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) yang ada saat ini.

Transformasi KORMI: Dari FOMI hingga KORMI

Sejak berdirinya Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI) pada tahun 2000 di Jakarta, organisasi ini telah mengalami beberapa transformasi signifikan. FOMI menjadi Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) pada tahun 2009, dan kemudian berubah menjadi Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) pada tahun 2020. Perubahan terakhir ini mencerminkan penyesuaian terhadap kebutuhan zaman, termasuk penghapusan istilah "rekreasi" pada tahun 2023 untuk memperluas cakupan olahraga masyarakat di Indonesia.

Transformasi ini juga sejalan dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU SKN) yang mengklasifikasikan olahraga ke dalam tiga kategori utama: olahraga pendidikan, olahraga prestasi, dan olahraga masyarakat. Hal ini didukung oleh Peraturan Presiden dan kebijakan-kebijakan yang memperkuat fondasi olahraga sebagai bagian integral dari pembangunan nasional.

Kembali ke RPJMN dan Integrasi dengan Kesehatan Masyarakat

Setelah Kemenpora kembali dibentuk, RPJMN Jilid I (2005–2009) di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandai pengakuan yang lebih formal terhadap peran olahraga dalam meningkatkan kualitas hidup dan mencegah penyakit. Integrasi olahraga rekreasi ke dalam strategi kesehatan masyarakat menjadi tonggak penting dalam pengembangan olahraga masyarakat di Indonesia. RPJMN Jilid II dan III kemudian melanjutkan dengan kebijakan yang lebih konkret, termasuk pembangunan infrastruktur olahraga masyarakat dan membuka peluang bagi keterlibatan sektor swasta melalui skema public-private partnership (PPP).

Era Joko Widodo: Fokus pada Pembangunan Infrastruktur dan Gaya Hidup Sehat

Di era Presiden Joko Widodo, RPJMN Jilid IV semakin memperkuat pendekatan ini dengan memprioritaskan pembangunan fasilitas olahraga di pedesaan, sebagai upaya pemerataan akses terhadap sarana olahraga. Program kampanye gaya hidup sehat, seperti "Gerakan Masyarakat Hidup Sehat" (GERMAS), juga digalakkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya aktivitas fisik dan pola hidup sehat. GERMAS mencakup berbagai kegiatan, seperti senam massal, jalan sehat, dan sosialisasi mengenai gizi seimbang.

Era Prabowo Subianto: Olahraga untuk Pembangunan Manusia Unggul dan Visi "Astha Cita"

Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, RPJMN Jilid V membawa visi yang lebih holistik. Olahraga masyarakat diarahkan untuk mendukung visi besar "Astha Cita," yang menekankan pada pembangunan manusia unggul. Olahraga diintegrasikan ke dalam pilar-pilar strategis nasional, seperti peningkatan solidaritas sosial, pengembangan ekonomi kreatif berbasis olahraga, dan penguatan diplomasi budaya melalui olahraga. Kebijakan-kebijakan yang diprioritaskan antara lain pengembangan aplikasi digital untuk manajemen olahraga masyarakat, yang bertujuan untuk mempermudah akses informasi dan pendaftaran kegiatan olahraga, serta penguatan peran Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya olahraga rekreasi dan tradisional.

Meskipun data historis yang komprehensif sulit didapatkan, data terbaru dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Indeks Pembangunan Olahraga (IPO) memberikan gambaran kondisi terkini. Misalnya, data menunjukkan tingkat partisipasi olahraga masyarakat yang masih perlu ditingkatkan. Data IPO tahun 2023 menunjukkan skor yang masih rendah, dan angka partisipasi masyarakat berolahraga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya (seperti yang ditunjukkan pada hasil pencarian sebelumnya). Ini menggarisbawahi perlunya intervensi kebijakan dan program yang lebih efektif untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga.

Evolusi pembangunan olahraga masyarakat di Indonesia mencerminkan perubahan paradigma dan prioritas pembangunan nasional. Dari fokus pada stabilitas sosial di era Orde Baru, hingga visi pembangunan manusia unggul di era sekarang, olahraga terus memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Namun, tantangan masih ada, terutama dalam meningkatkan partisipasi masyarakat secara luas dan merata. Implementasi kebijakan yang efektif, didukung oleh data dan evaluasi yang berkelanjutan, sangat penting untuk mewujudkan visi olahraga sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa.

Strategi Nasional: Mengintegrasikan Olahraga Masyarakat untuk Pembangunan Bangsa yang Holistik

Penguatan olahraga masyarakat memerlukan strategi nasional yang terintegrasi dan inklusif, mencakup berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Integrasi ini bukan sekadar penambahan kegiatan fisik, melainkan transformasi sistemik yang melibatkan pendidikan, ekonomi, diplomasi, teknologi, dan infrastruktur.

1. Integrasi Olahraga Masyarakat dalam Sistem Pendidikan: Membangun Generasi Sehat dan Berkarakter

Olahraga masyarakat memegang peranan krusial dalam pembentukan karakter dan kesehatan generasi muda. Integrasinya ke dalam sistem pendidikan formal dan informal merupakan langkah strategis. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, yang menggantikan UU Nomor 3 Tahun 2005, memperkuat landasan hukum pengembangan olahraga di Indonesia, termasuk olahraga masyarakat. UU No. 11/2022 menekankan penyelenggaraan keolahragaan berdasarkan asas kemanusiaan, nilai keagamaan, nilai budaya, nilai moral, keadilan, demokrasi, kesetaraan, nondiskriminasi, profesionalitas, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, keberlanjutan, dan sinergi. Asas-asas ini memberikan arahan komprehensif untuk mengintegrasikan olahraga dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan.

Integrasi olahraga masyarakat dalam sistem pendidikan, sebagaimana diamanatkan UU No. 11/2022, tidak hanya bertujuan meningkatkan kebugaran jasmani, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur seperti kebersamaan, kerja sama, sportivitas, disiplin, tanggung jawab, dan keadilan.  Sejalan dengan upaya tersebut, Kemendikbudristek telah meluncurkan program "Senam Anak Indonesia Hebat" yang diterapkan di berbagai sekolah, termasuk SMK dan SLB, untuk menginspirasi siswa hidup sehat dan menanamkan kebiasaan baik sejak dini (vokasi.kemdikbud.go.id). Data Kemendikbudristek menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga masih perlu ditingkatkan, sehingga implementasi integrasi ini harus dilakukan secara sistematis dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk menciptakan generasi muda Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, berkarakter kuat, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

2. Penguatan Kebijakan Ekonomi Berbasis Olahraga:

Pengembangan ekonomi berbasis olahraga masyarakat menawarkan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi alat olahraga lokal, penyelenggaraan acara komunitas yang menarik wisatawan (sport tourism), dan pemberdayaan UMKM. Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan potensi kontribusi signifikan sektor sport tourism terhadap PDB. Insentif pajak bagi perusahaan yang berkontribusi dalam pengembangan olahraga masyarakat, seperti yang diatur dalam peraturan perpajakan, dapat meningkatkan keterlibatan sektor swasta melalui skema public-private partnership (PPP).

3. Diplomasi Budaya Melalui Olahraga:

Olahraga masyarakat berpotensi sebagai alat diplomasi budaya yang efektif. Memperkenalkan olahraga tradisional Indonesia ke dunia internasional melalui festival, pertandingan persahabatan, dan pertukaran budaya dapat memperkuat citra positif bangsa. Kolaborasi dengan TAFISA dan organisasi internasional lainnya, seperti yang diatur dalam perjanjian kerja sama internasional, dapat memperluas jaringan Indonesia dalam komunitas global. Data Kementerian Luar Negeri menunjukkan dampak positif partisipasi Indonesia dalam event olahraga internasional terhadap hubungan bilateral.

4. Pemanfaatan Teknologi dalam Olahraga Masyarakat:

Teknologi menjadi kunci mendorong partisipasi dan efisiensi. Pengembangan aplikasi berbasis AI dapat membantu masyarakat melacak aktivitas fisik, menetapkan target kebugaran, berpartisipasi dalam tantangan komunitas, dan mengakses informasi kesehatan. Teknologi AR dan VR dapat menciptakan pengalaman olahraga yang lebih imersif. Data APJII menunjukkan penetrasi internet yang terus meningkat, membuka peluang besar pemanfaatan teknologi dalam olahraga masyarakat. Regulasi terkait data pribadi dan keamanan siber perlu diperhatikan.

5. Pembangunan Infrastruktur Inklusif:

Infrastruktur inklusif merupakan fondasi penting. Pemerintah, melalui Kementerian PUPR dan pemerintah daerah, dapat membangun dan merevitalisasi fasilitas olahraga di berbagai wilayah, termasuk kawasan terpencil dan pedesaan, memastikan akses yang sama bagi semua. Pembangunan taman olahraga terpadu, jalur sepeda, ruang terbuka hijau, dan fasilitas ramah disabilitas harus menjadi prioritas. Data Kementerian Pemuda dan Olahraga menunjukkan ketersediaan fasilitas olahraga yang belum merata. Peraturan terkait tata ruang dan pembangunan infrastruktur perlu diselaraskan dengan kebutuhan pengembangan olahraga masyarakat.

Mengintegrasikan kelima aspek ini dalam strategi nasional yang komprehensif, Indonesia dapat menciptakan ekosistem olahraga masyarakat yang berkelanjutan, relevan, dan adaptif, menuju Indonesia yang lebih sehat, bugar, produktif, dan berdaya saing.

Olahraga Masyarakat di Era Singularitas: Transformasi Digital Menuju Indonesia Bugar

Olahraga masyarakat, sebagai fondasi penting pembangunan bangsa, kini berada di ambang transformasi besar berkat kemajuan teknologi menuju era singularitas. Tematik besar olahraga masyarakat, yang berfokus pada partisipasi inklusif, kesehatan, kebugaran, dan nilai-nilai sosial, mendapat dorongan signifikan dari pemanfaatan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI). Tantangan eksisting seperti partisipasi yang belum merata, personalisasi program yang terbatas, minimnya data dan analisis, serta kurangnya sumber daya pelatih, dapat diatasi dengan solusi berbasis teknologi. AI, sebagai katalisator di era singularitas, menawarkan personalisasi latihan dan nutrisi, pelatih virtual interaktif, akses informasi dan edukasi yang lebih mudah, serta pengembangan industri olahraga dan esports. Semua ini berkontribusi pada penguatan tematik besar olahraga masyarakat.

Penekanan pada olahraga masyarakat ini sejalan dengan pemikiran tokoh-tokoh dunia dan praktik lembaga Sport for All. Lord Baden-Powell, melalui gerakan Kepanduan, menekankan pentingnya aktivitas di luar ruangan dan pengembangan karakter melalui permainan dan olahraga, yang sangat relevan dengan tematik olahraga masyarakat yang inklusif dan berorientasi pada pengembangan diri. Pierre de Coubertin, dengan idealisme Olimpiade-nya, menggarisbawahi pentingnya persahabatan, perdamaian, dan pengembangan manusia secara holistik melalui olahraga, selaras dengan tujuan olahraga masyarakat sebagai sarana pemersatu bangsa dan promosi gaya hidup sehat. Kontribusi John Dewey dalam bidang pendidikan melalui pengalaman (experiential learning) juga relevan, di mana partisipasi aktif dalam olahraga masyarakat dipandang sebagai proses pembelajaran yang berharga, menanamkan nilai-nilai positif dan keterampilan sosial.

Lembaga seperti TAFISA (The Association For International Sport for All) dan ICSSPE (International Council of Sport Science and Physical Education) memberikan kontribusi penting dalam pengembangan olahraga masyarakat secara global. Dokumen dan publikasi TAFISA seringkali membahas strategi pengembangan olahraga rekreasi dan tradisional, promosi gaya hidup aktif, dan pelestarian warisan budaya melalui olahraga, memperkaya tematik olahraga masyarakat dengan dimensi budaya dan rekreasi. ICSSPE, melalui penelitian dan publikasinya, menyediakan landasan ilmiah bagi pengembangan olahraga masyarakat yang efektif dan berkelanjutan. Karya-karya di bidang sosiologi olahraga, psikologi olahraga, dan manajemen olahraga juga memberikan kerangka teoritis dan praktis yang penting.

Dalam konteks Indonesia, pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan event olahraga masyarakat seperti FORDA dan FORNAS dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan jangkauan acara. Pendaftaran online, sistem ticketing, manajemen pertandingan berbasis data, dan diseminasi informasi melalui platform digital dapat meningkatkan partisipasi dan pengalaman peserta. Lebih lanjut, analisis data dari event-event tersebut dapat memberikan insight berharga untuk pengembangan program olahraga masyarakat di masa mendatang.

Integrasi pemikiran para praktisi, praktik lembaga Sport for All, dan potensi singularitas teknologi dalam tematik besar olahraga masyarakat, Indonesia dapat membangun ekosistem yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan. AI dapat memfasilitasi personalisasi, konektivitas, dan analisis data, sementara nilai-nilai yang diusung oleh gerakan Sport for All memastikan bahwa olahraga tetap menjadi sarana untuk pengembangan manusia secara holistik, memperkuat persatuan, dan memajukan bangsa.

Kesimpulan: Menuju Indonesia yang Lebih Sehat, Bugar dan Produktif

Olahraga masyarakat adalah jalan menuju masa depan yang lebih baik. Ini bukan hanya soal kesehatan fisik, tetapi juga cara untuk menyatukan masyarakat, menciptakan peluang ekonomi, dan memperkuat diplomasi budaya. Dengan menerapkan strategi yang terintegrasi dan inklusif, Indonesia dapat menciptakan ekosistem olahraga masyarakat yang berkelanjutan, relevan, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Sebagai bangsa yang besar, kita memikul tanggung jawab untuk melestarikan warisan budaya dan membangun generasi penerus yang tidak hanya sehat dan bugar, tetapi juga kompetitif dan harmonis. Olahraga adalah bahasa universal yang melampaui batas-batas perbedaan, menguatkan karakter, dan menginspirasi peradaban. Ia adalah angin yang mendorong layar bahtera olahraga masyarakat, membawanya melintasi ombak tantangan menuju cakrawala baru.

Namun, bahtera tanpa nahkoda dan peta navigasi hanya akan terombang-ambing di lautan. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi yang terintegrasi dan inklusif, yang memanfaatkan kemajuan teknologi dan merangkul kearifan lokal. Kita harus berani berinovasi, beradaptasi dengan perubahan zaman, dan memastikan bahwa setiap anak bangsa memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam olahraga.

Semangat kolektif dan visi yang kuat sangat diperlukan, kita harus mengarahkan kemudi bahtera olahraga masyarakat ini menuju tujuan yang jelas: Indonesia yang lebih sehat, bugar, dan produktif. Bukan sekadar kejayaan di podium juara, tetapi kejayaan yang merata di setiap sendi kehidupan, di mana setiap individu dapat memaksimalkan potensinya dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Olahraga masyarakat, dengan demikian, bukan lagi sekadar kegiatan, melainkan fondasi transformasi sosial yang akan membawa Indonesia menuju kejayaan sejati, mengukir sejarah sebagai bangsa yang kuat, sehat, dan beradab.

Penulis Artikel :  Gema Sasmita ( Wakomtap Bidang Perencanaan Nasional Pemuda & Olahraga KADIN Indonesia)

Editors Team
Daisy Floren

Populer Lainnya