Menuju Inklusi dengan Mengubah Stigma Terhadap ODGJ
KILSBERITA.ID - Di tengah meningkatnya sorotan terhadap masalah kesehatan mental, stigmatisasi terhadap penyandang masalah kesehatan mental (PDJ) masih menjadi hambatan utama bagi inklusi yang sejati dalam masyarakat. Kata-kata "gila", "aneh", atau "tidak normal" sering kali digunakan secara sembarangan tanpa mempertimbangkan dampak menyakitkan yang ditimbulkannya terhadap orang-orang yang mungkin mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, di balik stereotip dan ketidaktahuan seputar penyakit mental, terdapat kisah tentang kekuatan, keberanian, dan perjuangan. Saat kita bergerak menuju masyarakat yang lebih inklusif, tugas moral kita adalah mengkaji peran stigma dalam membentuk realitas Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sehari-hari dan, yang lebih penting, menemukan cara untuk mengubahnya. Inilah inti dari perjalanan kita bersama: mengubah stigma menjadi inklusi, menggantikan rasa takut dengan pemahaman dan memberikan suara kepada mereka yang sering dilupakan atau diabaikan.
Dalam artikel ini, mencoba menelusuri kedalaman stigma ODGJ, menguraikan tantangan yang dihadapinya, dan menelusuri langkah-langkah yang diambil untuk mengubah paradigmanya. Dari sudut pandang narasi dan data, mencoba memahami dampak langsung stigma terhadap ODGJ dan bagaimana kita sebagai individu dan masyarakat dapat menjadi bagian dari solusi.
Mari memulai perjalanan bermakna ini menuju inklusi yang lebih besar dan bermakna bagi semua orang, termasuk mereka yang berjuang menghadapi terang dan gelap dalam hidup mereka. Sekaranglah waktunya untuk merangkul keberagaman, membangun jembatan melintasi perbedaan dan membela keadilan sejati. Bersama-sama, mari kita lihat bagaimana mengubah stigma ODGJ dapat menjadi tonggak penting dalam menciptakan masa depan yang lebih berempati dan inklusif bagi kita semua.
Apa Itu Stigma?
Stigma terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) telah menjadi dinding kokoh yang menghalangi jalan mereka menuju inklusi yang sejati dalam masyarakat kita. Stigma terhadap ODGJ adalah stereotype negatif, prasangka, dan diskriminasi yang dialami oleh individu yang mengalami gangguan jiwa. Hal ini sering kali mengakibatkan isolasi sosial, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental yang memadai, dan bahkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang mendasar.
Stigma ini muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari kata-kata merendahkan hingga perlakuan diskriminatif di tempat kerja, di sekolah, dan bahkan di rumah sakit. Ini bisa terjadi karena ketidaktahuan, ketakutan, atau bahkan ketidakpedulian. Namun, satu hal yang pasti, stigma ini merugikan semua orang, tidak hanya individu yang mengalami gangguan jiwa.
Menurut Scheid & Brown (2010), Stigma adalah sebagai fenomena yang terjadi saat seseorang diberikan labeling, stereotip, separation, dan mengalami diskriminasi. Larson & Corrigan (2010) mengemukakan tiga jenis stigma, yaitu:
1. Stigma struktural, yaitu stigma yang mengacu pada ketidakseimbangan dan ketidakadilan apabila dilihat dari lembaga sosial. Misalnya, stigma yang merujuk pada rendahnya kualitas perawatan yang diberikan oleh profesional kesehatan menjadi stigma individu atau kelompok.
2. Stigma masyarakat, yaitu stigma yang menggambarkan reaksi atau penilaian negatif dari masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa.
3. Stigma oleh asosiasi, yaitu stigma yang berupa diskriminasi karena mempunyai hubungan dengan seorang individu yang terstigma.
Upaya Mengubah Stigma ODGJ
Mengubah stigma terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah sebuah perjalanan yang memerlukan langkah-langkah nyata dan kolaborasi yang kuat dari berbagai pihak. Dalam upaya ini, langkah-langkah edukasi, kesadaran, dan destigmatisasi (mengurangi stigma) menjadi kunci utama.
Melalui pendidikan yang holistik tentang kesehatan mental, promosi empati, dan penghapusan stereotip negatif dalam media, kita dapat meruntuhkan dinding-dinding stigma yang menghalangi jalan menuju inklusi yang sejati bagi ODGJ.
Penting juga untuk membangun dukungan sosial yang kuat, memperkuat perlindungan hukum, dan melibatkan ODGJ secara aktif dalam proses perubahan ini. Dengan kerjasama lintas sektor dan komitmen bersama, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, peduli, dan memahami terhadap mereka yang mengalami gangguan jiwa.
Dibalik setiap tantangan yang dihadapi, ada kekuatan yang terpendam yang mungkin seringkali terlupakan. Bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), memberdayakan diri mereka sendiri bukanlah sekadar mimpi, melainkan suatu hak yang seharusnya didukung oleh seluruh masyarakat.
Memberdayakan ODGJ tidak hanya tentang memberikan akses terhadap layanan kesehatan mental yang memadai, tetapi juga tentang memberikan mereka kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam segala aspek kehidupan. beberapa langkah konkret yang dapat diambil untuk memberdayakan ODGJ
1. Pendidikan dan Pelatihan: Memberdayakan ODGJ dimulai dengan memberikan mereka akses terhadap pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Ini bisa termasuk pelatihan keterampilan, pendidikan informal, atau program rehabilitasi yang dirancang khusus untuk memperkuat kemandirian mereka.
2. Pengembangan Diri: Memberdayakan ODGJ juga melibatkan pengembangan diri yang holistik, yang mencakup aspek fisik, mental, emosional, dan spiritual. Ini bisa mencakup terapi psikologis, dukungan kelompok, atau bahkan program pengembangan diri yang didukung oleh komunitas.
3. Pelestarian Dignitas: Penting untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dalam memberdayakan ODGJ menghormati dan memelihara martabat mereka sebagai manusia. Ini berarti melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka sendiri, serta memberikan mereka otonomi dan kontrol atas nasib mereka sendiri.
4. Penguatan Sosial: Mendukung keterlibatan aktif ODGJ dalam masyarakat adalah kunci untuk memberdayakan mereka. Ini bisa melibatkan program-program inklusi sosial, dukungan kelompok, atau kegiatan komunitas yang dirancang untuk memperkuat jaringan sosial mereka.
5. Pengakuan dan Penghargaan: Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, memberdayakan ODGJ juga berarti mengakui dan menghargai kontribusi mereka dalam masyarakat. Ini bisa berupa penghargaan atas pencapaian mereka, pengakuan atas keterlibatan mereka dalam upaya-upaya masyarakat, atau bahkan kesempatan untuk membagikan kisah inspiratif mereka kepada orang lain.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, kita tidak hanya membantu ODGJ untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi, tetapi juga membantu mereka untuk menemukan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri. Ini adalah investasi dalam masa depan yang lebih inklusif, berempati, dan berkelanjutan bagi semua orang, tanpa terkecuali. Mari kita bergerak maju bersama-sama, mendukung dan memberdayakan ODGJ untuk mencapai potensi penuh mereka dalam kehidupan dan masyarakat kita.
Penulis : Nandang Susila
Mahasiswa Program Doktoral (S3) Program Studi Pendidikan Masyarakat Fakulltas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung)