Pemprov Jabar Putar Otak Tangani Masalah Sampah di Bandung, Mulai Dari Sewa Lahan Warga  Hingga Melalui Aplikasi 

Pemprov Jabar Putar Otak Tangani Masalah Sampah di Bandung, Mulai Dari Sewa Lahan Warga  Hingga Melalui Aplikasi 

Smallest Font
Largest Font

KOTA BANDUNG - Pemerintah Jawa Barat putar otak dalam menangni masalah sampah di Wilayah Bandung, apalagi TPAS Sarimukti alami overload.  

Pemprov Jabar juga tengah mencari alternatif pembuangan sampah dari mulai rencana pengelolaan secara terpadu hingga menyewa lahan warga.

Kali ini, Pemprov Jabar menghadirkan solusi melalui aplikasi sapa warga dalam menunjang pengelolaan sampah melalui fitur bank sampah.

Kepala Diskominfo Jabar Ika Mardiah mengatakan, sampah telah menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar di dunia, termasuk Indonesia bahkan Jawa Barat. 

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), total volume sampah di Jabar pada 2022 sebesar 4,89 juta ton, menjadikannya sebagai salah satu provinsi dengan timbulan sampah terbesar ke-3 di Indonesia. 

"Jawa Barat menghasilkan rata-rata 13,41 ribu ton sampah setiap hari sepanjang tahun 2022,” ucap Ika. 

Menurut Ika, hanya sebagian kecil sampah yang diolah dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan langkah nyata semua pihak untuk mengatasi masalah ini, mulai dari memilah, menyetorkan sampah terpilah ke bank sampah, dan mengakses fitur SampahKita. 

Ika menjelaskan, Pemprov Jabar memiliki fitur aplikasi Bank Sampah yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah dari hulu (sumber sampah) sampai hilir (Tempat Pembuangan Akhir), mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. 

“Tujuannya antara lain memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan akses informasi pengelolaan sampah, meningkatkan pengetahuan dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah,” papar Ika. 

Ia menambahkan bahwa fitur Bank Sampah sudah disematkan di aplikasi Sapawarga yang merupakan Jabar SuperApps, platform yang memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, layanan serta menyampaikan aspirasi. 

“Sapawarga saat ini sudah diakses oleh 2.914.981 pengguna dengan jumlah pengguna aktif harian sebanyak 90.211 (data diambil pada 4 Oktober 2024) dan akan terus bertambah,” ujarnya. 

Pasca dirilis pada 9 September 2024 sampai tanggal 7 Oktober 2024, fitur Bank Sampah sudah mencapai 9.144 kali diakses oleh 7.505 pengguna. 

Diharapkan setelah acara IKP Talks#13 selesai terus bertambah dan yang paling penting membawa kebermanfaatan, khususnya untuk warga Jabar dalam hal pengelolaan sampah. 

Ika menuturkan, melalui fitur Bank Sampah, pengguna dapat menemukan lokasi dan jumlah bank sampah di sekitarnya. 

"Pengguna juga dapat mengakses info lengkap mengenai jenis dan harga sampah yang dapat ditukarkan,” ungkapnya. 

Sementara itu, Lead Business Analyst dari Jabar Digital Service (JDS) Rizki Adam Kurniawan mengatakan bahwa fitur mengenai informasi pengolahan sampah sudah dirancang sejak awal tahun.

"Untuk program ini kita kolaborasi dengan dinas lain serta Tim Satgas Pengolahan Sampah baik yang ada di provinsi maupun kota kabupaten yang ada di Bandung Raya," ucap Rizki.

Menurut Rizki, dengan fitur ini masyarakat bisa mengetahui informasi bank sampah terdekat,  harga, jadwal pengambilan sampah.

"Tentunya ini memudahkan masyarakat, dan perlu jejaring di daerah," katanya.

Sementara itu,  Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Diskominfo Jabar Viky Edya Martina menambahkan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau lembaga terkait, tetapi juga menjadi kewajiban semua warga. 

‘Sampah adalah masalah yang sangat nyata, jika tidak ditangani dengan baik akan berdampak pada kesehatan, kelestarian lingkungan, dan kualitas hidup kita,” ucap Viky. 

“Fitur Bank Sampah di aplikasi kebanggaan Jawa Barat, yaitu Sapawarga telah hadir sebagai salah satu solusi untuk membantu kita semua terkait pengelolaan sampah, terutama dalam hal pemilahan sampah sejak dari sumbernya. 

"Dengan memanfaatkan teknologi dan keterlibatan warga, gerakan memilah sampah dapat dilakukan secara masif dan terorganisir,” ujar Viky. 

Ditempat yang sama, Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Dodit Ardian Pancapana memaparkan bahwa setiap orang per hari rata-rata menghasilkan sampah 2,5 liter (l), dimana orang dengan tingkat kemampuan ekonomi lebih tinggi (6 l/orang/hari) menghasilkan sampah lebih banyak dibanding orang dengan tingkat kemampuan ekonomi lebih rendah (3 l/orang/hari). 

Sampah di perumahan pada hari libur (3 l/orang/hari) juga lebih banyak dibanding hari biasa (2,5 l/orang/hari). 

Menurut Dodit, berbagai permasalahan sampah di kawasan Bandung Raya, di antaranya terkait aspek perilaku menyangkut kesadaran dalam mengurangi, memilah dan mengolah sampah dari sumbernya secara bertanggung jawab. 

Kemudian internalisasi 3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau mengurangi, menggunakan ulang, dan mendaur ulang sampah yang kurang efektif dan terpadu, termasuk aspek regulasi, kelembagaan dan penganggaran terhadap prinsip 3R. 

“Pelarangan sampah organik masuk ke TTPAS (Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah) Sarimukti juga belum efektif, dimana kabupaten kota di kawasan Bandung Raya masih mengirim sampah organik ke Sarimukti,” ungkapnya. 

Dodit memaparkan, berbagai upaya telah dilakukan Pemdaprov Jabar untuk menangani permasalahan sampah menyusul telah penuhnya kapasitas TPPAS Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat. 

“Ada komitmen bersama penanganan sampah terpadu di Bandung Raya yang melibatkan Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat,” ujarnya. 

Selain itu, pihaknya melakukan skema zero waste pengolahan sampah pada kawasan perkantoran Gedung Sate serta di kantor-kantor OPD di lingkungan Pemprov Jabar. 

“Kami melakukan pengelolaan sampah mandiri di perkantoran Gedung Sate, mulai dari tempat sampah yang dibagi tiga jenis sampah hingga mengolah sampah organik untuk kemudian dijadikan pupuk,” pungkas Dodit.  

Hal senada dikatakan CEO Plastavfall Bank Reza Ramadhan Tarik. Menurutnya, pemilahan diperlukan karena sampah di TPA tidak terolah dengan baik. Masih banyak sampah residu seperti wadah makanan dari  plastik serta botol  yang masuk ke TPA.

"Karenanya kurangi sampah-sampah tersebut dengan kita membawa tempat makan atau minum sendiri yang bisa digunakan cukup lama," paparnya.

"Kita menerima sampah-sampah residu seperti botol plastik, kresek, botol kaca , minyak jelantah hingga bahan- bahan dari logam," imbuhnya. FR

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Suferi Author

Populer Lainnya