Prevalensi Stunting Tertinggi Kedua di Jabar, Pemkab Bogor Minta Dukungan Swasta
BOGOR - Prevalensi stunting di Kabupaten Bogor mencapai 27,6 persen, menduduki petingkat kedua di Provinsi Jawa Barat.
Penjabat (Pj) Bupati Bogor, Bachril Bakri mengatakan, permasalahan stunting merupakan tanggung jawab bersama dan lintas sektoral. Maka sinergi, kolaborasi, dan peran serta seluruh pemangku kepentingan perlu terus ditingkatkan untuk penanganan yang lebih terintegrasi dan komprehensif.
Selain itu, diperlukan berbagai inovasi dan dukungan swasta untuk mengintervensi kasus stunting.
“Semoga dengan CSR membawa keberkahan bagi kita semua dan menjadi wujud nyata dalam memperjuangkan generasi Kabupaten Bogor yang sehat, cerdas, dan bebas dari stunting, menuju Indonesia Emas 2045," ujar Bachril Bakri saat menerima program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indomarco Prismatama dan PT Sarihusada Generasi Mahardika (SGM).
CSR yang diberikan berupa paket sembako dan nutrisi
diberikan kepada 200 orang di Kecamatan Tajurhalang dan 100 orang di Kecamatan Bojonggede.
Dia berharap program serupa dapat dilaksanakan di kecamatan lain, sehingga lebih banyak masyarakat yang mendapat manfaat dari kegiatan ini,” jelas Bachril.
Upaya Penanganan
Pemkab Bogor menerapkan strategi percepatan penurunan stunting melalui Rumah Cegah Stunting atau (Ceting) dengan skema pemberian makanan bergizi dan sehat secara intensif selama 30 hari tiga hari sekali.
Pemberian makanan bergizi dilakukan pada pukul 08.00 WIB lalu snack pada pukul 10.00 WIB dan makan siang pada 12.00 WIB juga pemberian vitamin.
Petugas akan mengontrol berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala anak stunting setiap hari untuk memantau pertumbuhannya.
Rumah Ceting berada di Desa Sukamantri Kecamatan Tamansari.
"Melalui Rumah Ceting ini kita bisa mengontrol langsung kondisi mereka pertumbuhan mereka juga bisa terkendali dan mereka bisa bebas dari stunting, Kita ingin Kabupaten Bogor sesuai harapan Jawa Barat zero stunting,” ujar Pj. Bupati Bogor, Bachril Bakri.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Agus Fauzi mengatakan, ini merupakan upaya bersama untuk bergerak cepat menanggulangi dan menurunkan permasalahan stunting dmenuju zero stunting di Bumi Tegar Beriman.
Tenaga kesehatan dokter spesialis anak dan SPOG dari RSUD Ciawi akan terus memantau perkembangannya minimal seminggu sekali atau dua minggu.
Penyebab Stunting
Salah satu penyebab kasus stunting di Kabupaten Bogor adalah pernikahan dini. Sehingga Pemkab Bogor menekankan agar Kantor Urusan Agana (KUA) tidak mengobral penerbitan akta nikah.
Penjabat Bupati Bachril Bakri tak menampik. Prevalensi stunting di Kabupaten Bogor sangat tinggi lantaran masih terjadi pernikahan dini atau pernikahan di bawah umur.
"Tinggi sekali, bahkan baru berusia 23 tahun saja sudah memilik anak 3 dan rata-rata nikah di bawah umur 16 tahun," katanya.
Bachril Bakri pun meminta kepada KUA di tiap wilayah untuk menahan terjadinya pernikahan dini dengan menahan dan tidak memberikan izin pengajuan permohonan menikah.
"Ini butuh peran serta KAU. Dan saya juga minta untuk menahan bagi remaja putri nikah di bawah umur," tandasnya.
Bachril Bakri melanjutkan, upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Bogor terus dilakukan. Seperti yang saat ini sedang dilakukan yakni pemberian vitamin gizi tinggi dan pemberian makanan tambahan secara serentak dilakukan di seluruh Kecamatan.
Juga intens melakukan pengawasan terhadap perkembangan kehamilan di posyandu dan puskesmas, termasuk pemberian tablet tambah darah bagi anak-anak dan remaja.
“11 kecamatan dari 40 kecamatan berdasarkan data dan pemantauan, pasca pemberian bantuan vitamin yang diberikan kepada ibu hamil dan anak stunting ada tren positif dan perkembangan pertumbuhan janin mengalami perkembangan yang sangat baik,” jelas Bachril Bakri. MAULAYA