Memaknai dan mengamalkan Rumus E= mc2
KILASBERITA.ID - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas menuliskan bahwa Rumus Einstein tahun 1905 yang dipajang dengan ketinggian 4m di Berlin E = mc2 dalam ilmu fisika adalah sebuah rumus yang paling dikenal bahkan beberapa orang yang tidak pandai fisika pun mengetahui nya dan persamaan tersebut sangat penting dalam menjelaskan persamaan nilai antara energi (E) dan massa (m), yang disetarakan secara langsung melalui konstanta kuadrat laju cahaya dalam vakum ( c 2 ).
Jika dibahasakan dalam kehidupan sehari-hari, E= mc2 mengandung arti bahwa energi (kekuatan) dipengaruhi oleh massa dan kecepatan cahaya. Kita tahu bahwa massa adalah jumlah materi yang dimiliki oleh suatu benda. Ini adalah besaran skalar, yang hanya memiliki besaran. Satuannya adalah tosn, kwintal, kilogram, ons, gram, miligram dan satuan massa lainnya. Sedangkan kecepatan cahaya adalah satuan jarak tempuh cahaya per 1 detik. Cara mengetahui kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya dalam ruang vakum yang biasanya disimbolkan dengan huruf c, merupakan konstanta fisika universal yang penting dalam banyak bidang fisika. Nilai kecepatan cahaya dalam vakum adalah 299.792.458 meter per detik.
Ada filosofi menarik dari implikasi teori relatifitas Einstein ini. Dimana E = mc2, menggambarkan bahwa energi itu muncul karena massa (sarana pendukung atau wadah tempat) dan kecepatan (kekuatan) cahaya (ilmu pengetahuan). Tanpa bermaksud menuduh, teori relativitas einstein ini sebenarnya hasil jiplakan secara langsung dari konsep ilmu atau hidayah dalam Islam. Massa digambarkan sebagai fisik manusia dengan kemampuannya, sementara cahaya digambarkan sebagai ilmu dan hidayah yang dianugerahkan Allah Subhanahu wata'ala kepada manusia.
Mari kita analogikan dengan aktifitas manusia dalam menjalankan kehidupannya demi mencapai tujuan hidup yang sebenarnya yakni rido Allah Subhanahu wata'ala. Sekuat apapun seseorang, sesehat apapun dia tanpa cahaya hidayah tidak akan mampu (berenergi) berangkat ke Masjid untuk shalat berjamaah. Bukan kemampuan fisik (m) yang harus ditingkatkan melainkan niat (cahaya) yang harus dikuatkan. Semua perbuatan nilainya tergantung niat. Rosulullah shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
Dari Umar radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah," (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits).
Perhitungan E= mc2, memperlihatkan bahwa kenaikan energi akan sangat terpengaruh oleh kenaikan kecepatan cahaya sekecil apapun karena dirumus itu kecepatan cahaya dipangkatkan 2 (dua). Sementara pengaruh massa tidak begitu besar. Ilmu itu cahaya, yang menerangi jalan pemiliknya, sementara kebodohan adalah kegelapan yang akan membawa penyandangnya ke jalan yang sesat. Allah Subhanahu wata'ala lah pemilik cahaya, yang dengan kasih sayang-Nya membimbing manusia agar selamat di dunia maupun akhirat. Hanya para penolak lah yang tidak mampu menerima cahaya bimbingan dari Allah Subhanahu wata'ala.
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nuur:35)
Rumus E = mc2, sungguh terbukti benar bagimana pengaruh cahaya (ilmu pengetahuan, integritas dan karakter baik) jauh lebih berpengaruh daripada potensi fisik (sumber daya fisik) yang dimiliki individu, masyarakat maupun negara. Kita bisa melihat contoh beberapa negara yang penduduk nya banyak sampai ratusan juta bahkan miyaran, namun sulit maju karena tidak memanfaatkan ilmu pengetahuan, tidak membangun integritas dan lebih memilih karakter tidak baik, satu diantaranya karakter tidak disiplin.
Kita juga bisa melihat banyak negara yang sumber daya alamnya melimpah ruah, namun masih tergolong sebagai negara miskin (berkembang), karena karakter (akhlak) mulia, integritas/kejujuran dan ilmu pengetahuan bukan merupakan prioritas utama dalam pembangu-nannya. Keberpihakan terhadap pendidikan masih rendah, porsi biaya pendidikan masih jauh lebih rendah dibanding porsi biaya lainnya yang dianggarkan oleh negara-negara tersebut.
Sebaliknya di beberapa negara yang jumlah penduduknya sedikit, sumber daya alamnya sedikit bahkan lebih banyak impor dari negara-negara lain namun mereka lebih maju dan lebih kaya dibanding negara dengan rakyat yang lebih banyak dan sumber daya alamnya melimpah ruah. Kemajuan negara-negara itu lebih banyak diraih karena menomorsatukan ilmu pengetahuan dan disiplin sebagai bagian dari integritas dan karakter mulia. Sebenarnya hal ini telah Allah Subhanahu wata'ala isyaratkan dalam Al-Qur'an:
Wahai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadilah : 11).
Kekuatan dan menjalani hidup, menjalani aktifitas termasuk ektifitas belajar mengajar akan sangat besar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor fisik (yang terlihat dan terukur) semata yang dilambangkan dengan m (masa), melainkan yang paling penting adalah pengaruh faktor non fisik (yang tidak terlihat, tidak terukur namun bisa dirasakan) yang dilambangkan c dalam rumus E= mc2 nya Einstein.
Di dunia pendidikan, guru bisa melihat langsung siswa yang rumahnya jauh dan tidak memiliki kendaraan namun bisa datang ke sekolah lebih pagi dibanding siswa yang rumahnya dekat dan memiliki atau mengendarai motor/mobil. Tinggi rendahnya niat dan motivasi lah yang mempengaruhi keduanya. Niat dan motivasi ada dalam hati setiap manusia dan itu merupakan “nur” atau cahaya atau ilmu yang Allah Subhanahu wata'ala berikan kepada manusia. Sehingga wajar, salah satu do’a yang diucapkan siswa sebelum belajar adalah:
Robbi zidnii 'ilman
“Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu. (QS. Thaaha: 114)
Dalam bekerja pun demikian, banyak pegawai yang rumahnya jauh, harus naik turun kendaraan umum tapi bisa datang ke tempat kerja tepat waktu bahkan jauh sebelum waktunya. Sebaliknya, ada beberapa karyawan yang terbiasa menunggu bel masuk kerja di rumahnya, karena merasa rumahnya dekat. Sehingga yang terjadi, dia sering terlambat ke tempat kerrja. Tinggi rendahnya niat, motivasi dan rasa tanggung jawab yang mempengaruhi keduanya.
Alangkah malunya kita yang beragama Islam, rumus E= mc2 telah ditemukan oleh Albert Eintein, padahal ruhnya telah diajrakan oleh Allah Subhanahu wata'ala baik langsung di dalam Al-Qur'an maupun melalui lisannya Rosulullah shalallaahu alaihi wasalam. Terlalu abai dengan ajaran-ajaran itu menjadikan kita lupa dengan kekuatan cahaya (hidayah, ilmu dan niat) yang Allah Subhanahu wata'ala berikan, sehingga energi (kekuatan) beribadah, belajar, bekerja maupun aktivitas positif lainnga tidak tinggi dan cenderung masih rendah.
Inilah sabda Rosulullah shalallaahu alaihi wasalam yang berperan sebagai salah satu cahaya pendorong energi positif dalam mencari dan mengamalkan ilmu pengetahuan:
Dari Abu Ad Darda lalu berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mengiringinya berjalan menuju surga. Sungguh, para malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu sungguh akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak." (HR. Abu Dawud).***