Softbank bicara Rencana Ambisius "Super AI", Gema Sasmita Soroti Tantangan dan Peluang AI di Indonesia

Softbank bicara Rencana Ambisius "Super AI", Gema Sasmita Soroti Tantangan dan Peluang AI di Indonesia

Smallest Font
Largest Font

Jakarta - Dalam pernyataan terbaru yang disampaikan CEO SoftBank, Masayoshi Son, ia menyoroti optimisme terhadap era "Super AI" yang diyakininya akan melampaui kemampuan otak manusia. Dalam forum teknologi di Tokyo, Son menyatakan keyakinannya bahwa inovasi ini akan menjadi kekuatan pendorong revolusi global, mencakup berbagai sektor seperti kesehatan, energi, hingga pendidikan. Namun, di tengah euforia tersebut, Son juga menegaskan pentingnya kolaborasi antar negara untuk mengembangkan kebijakan AI yang bertanggung jawab.

Menanggapi pernyataan Masayoshi Son, Gema Sasmita, Advisory Board Member OPUS Solutions, Ltd, memberikan pandangan tajam terhadap implikasi "Super AI" dalam konteks Indonesia. Dalam wawancara eksklusif, Gema menyebut bahwa optimisme Son perlu disandingkan dengan kenyataan tentang kesiapan ekosistem AI di Indonesia.

"Apa yang disampaikan Masayoshi Son tentang 'Super AI' adalah visi besar yang menginspirasi. Namun, kita harus realistis bahwa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mencapai potensi tersebut. Infrastruktur teknologi kita belum sepenuhnya siap, mulai dari ketimpangan akses internet hingga ke desa-desa, hingga pengembangan pusat data yang masih terpusat di kawasan tertentu."

Tantangan Infrastruktur AI di Indonesia

Gema menyoroti fakta bahwa meskipun ada perkembangan positif, seperti investasi dalam pusat data di kawasan Jabodetabek, masih terdapat kesenjangan signifikan dalam akses internet. Menurut data terbaru, hanya sekitar 70% populasi yang memiliki akses internet stabil, dengan mayoritas layanan berkualitas tinggi terkonsentrasi di perkotaan.

"Jika kita ingin AI menjadi pendorong pembangunan, akses internet harus menjadi prioritas utama. Kita tidak bisa membicarakan inovasi AI jika sebagian besar penduduk desa masih kesulitan mengakses informasi dasar," tegasnya.

Gema juga menyoroti pentingnya kebijakan AI di Indonesia yang masih dalam tahap awal pengembangan. Ia memuji langkah pemerintah dalam merancang peta jalan AI, tetapi menekankan perlunya akselerasi regulasi dan kolaborasi antara sektor publik dan swasta.

Sebagai negara dengan ekosistem AI yang lebih matang, Gema mengajak Indonesia untuk belajar dari Jepang dan China. Jepang, dengan pendekatan etis terhadap pengembangan AI, telah menunjukkan bagaimana regulasi dapat berjalan selaras dengan inovasi. Di sisi lain, China berhasil memanfaatkan skala ekonomi dan infrastrukturnya untuk mendominasi sektor AI global.

"Kita tidak perlu menjadi Jepang atau China, tetapi kita bisa mengambil pelajaran dari bagaimana mereka memadukan visi jangka panjang dengan langkah-langkah konkret. Indonesia memiliki keunggulan demografis yang harus dioptimalkan untuk menciptakan solusi AI yang inklusif," jelas Gema.

Kebijakan AI dan Pelajaran dari Negara Lain

Dalam kesempatan tersebut, Gema juga membahas kebijakan AI di Indonesia yang masih dalam tahap pengembangan. Ia membandingkan pendekatan Indonesia dengan negara lain seperti China dan Jepang.

“China telah berhasil menciptakan ekosistem AI yang sangat terintegrasi dengan menggabungkan infrastruktur besar-besaran dan regulasi yang mendukung. Sementara itu, Jepang, meskipun lebih konservatif, memiliki pendekatan berbasis kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta. Indonesia perlu belajar dari keduanya, dengan tetap mempertahankan prinsip kedaulatan data dan keberlanjutan ekosistem lokal,” jelasnya.

Gema juga menekankan pentingnya kebijakan yang berpihak pada inovasi lokal “Kita tidak boleh hanya menjadi konsumen teknologi. Anak-anak muda kita, Generasi Milenial dan Gen Z Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi inovator global dalam bidang AI, asalkan didukung oleh regulasi yang jelas dan insentif yang tepat. Dalam hal ini kita bisa mencontoh Hongkong yang telah memiliki pusat pengembangan tekhnologi bernama Cyberport.”

Di kesempatan yang sama, Dennis Tedja, CEO OPUS Solutions juga memberikan pernyataan "Super AI bukan sekadar inovasi teknologi, ini tentang bagaimana teknologi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kehidupan manusia. Indonesia memiliki peluang besar untuk menciptakan AI yang 'manusiawi' dan relevan dengan kebutuhan lokal, kita di OPUS Solutions memiliki jaringan global, termasuk dengan Cyberport dan HKSTP (Hong Kong Science & Technology Parks Corporation) , kami siap mendukung langkah strategis pemerintah kedepan terkait AI." imbuhnya.

AI untuk Meningkatkan Kehidupan Masyarakat

Menurut Gema, prioritas utama pengembangan AI di Indonesia harus difokuskan pada sektor yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat, khususnya pada program program prioritas nasional pada RPJMN Jilid V 2024-2029, seperti pertanian, kesehatan, pendidikan dan penurunan kemiskinan. 

"Era Super AI adalah peluang emas bagi Indonesia untuk bangkit sebagai pemain global. Namun, ini membutuhkan keberanian, visi, dan komitmen untuk membangun infrastruktur dan kebijakan yang kokoh. Kita tidak boleh hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga harus menjadi produsen inovasi yang berdaya saing," tutupnya. RED

Editors Team
Daisy Floren

Populer Lainnya