Tentang Sosok Ibu dan Tulisan Anti Pejabat
CERPEN KILAS- Pagi tak begitu cerah untuk hari ini.Aku duduk di kursi bambu buatan kakek, sambil menikmati indahnya pagi bersama embun titipan pagi yang memberi salam selamat pagi.
Bukan ceritra baru kalau setiap paginya, aku selalu ditemani secangkir kopi dan jagung titi buatan nenek. Minuman dan makanan kas kami orang Lamaholot ketika sang fajar muncul menyapa barunya hari.
Pagi itu, aku menatap Gunung api lewotobi yang bercabang seakan bercerita perihal pasangan suami istri yang setia walaupun badai kadang mencakar jantung derita.Namun sekejap menyadarkan ku untuk bertanya mengapa keluargaku tak seperti gunung Lewotobi. Di rumahku hanya ayah sedangkan sampai pagi bahkan senja ini,usiaku sudah 22 tahun ibu tak pernah tiba di rumah. Bahkan wajahnya tak pernah menyapa mataku yang menurut ayah mataku mirip beningnya mata ibu.Setiap harinya kopi dan jagung titi menjadi sahabat ceritra yang mencari sosok seorang ibu yang lama hilang.
Kopi memang pandai merayu Pagi. Kakek kini membuka ceritra tentang kisa yang lama tak ku dengar.Bagai majas rumit dalam diksi paling puisi.
"Nak mungkin sudah saatnya ceritra lama ibumu kau ketahui. Ibumu sudah bertahun-tahun hilang. Enta kemana? Kakek pun tidak tahu." Kata kakek sambil mengelus punggungku.
" Waktu itu kampung kita terkenal dengan rawan akan kehilangan dompet masyarakat kecil. Para pejabat yang berdasi mulai memberi penyuluhan dilarang mencuri. Yang kedapatan mencuri akan dihukum mati. Sayangnya pengumuman pejabat itu tidak didengar dengan baik, pencurian Semakin marak terjadi. Dompet masyarakat kecil lah yang menjadi korban.Waktu itu umurmu masih 2 tahun, mungkin tak ada sedikit bayangan yang melekat untukmu di masa itu."pangkas kakek sembari menunduk dengan wajah sedih.
" Pegi itu banyak pejabat dan masyarakat berbondong ke gubuk kita untuk mencari ibumu. Mereka teriak histeris mari kita tangkap dan bunuh si pencuri dan penjahat itu. Ibumu dicap pencuri oleh pejabat setempat, karena pagi itu ibumu memungut roti yang jatuh dari anak pejabat untuk kau makan. Karena peristiwa itulah ibumu dicap pencuri termasuk dompet yang hilang selama ini." Ceritra kakek sambil menjatuhkan air mata.
" Enta ibumu sudah dibunuh oleh rombongan itu dengan cara di bakar atau digantung, kake tak bisa memastikan. Karena pagi itu kakek dan ayahmu sedang berada di ladang. Kemungkinan besar ibumu sudah meninggal di tangan mereka" tutup kakek sambil memelukku.
Setelah mendengar cerita pilu ibu dari kakek, aku bergegas berangkat tugas. Tidak lain yakni tugas seperti biasanya sebagai seorang detektif.
Dengan berbekal pendidikan detektif di kotaku aku menuju bukit Tobi. Katanya bukit Tobi adalah bukit kediaman penjahat nomor satu yang selama ini di cari pejabat setempat.
"Apakah di bukit yang luas ini tidak ada kehidupan?" Kataku dalam hati.
Kaki terus melangkah hingga pada puncak paling tinggi aku menemukan sebuah gubuk tua denga tulisan "Anti pejabat".
Perlahan aku mencoba mendekat degan hati-hati. Seorang wanita yang sudah putih rambutnya membuka pintu dengan wajah ketakutan ketika melihat aku berdiri di depan gubuknya.
“hai nek, jangan taku aku bukan penjahat”sapaku kepadanya.
”Lalu siapakah dirimu”tanya nenek itu.
“jangan takut nek aku hanyalah seorang pemburu yang kebetulan lewat di depan gubuk”.
“kalau begitu masuk dulu nak”ajaknya.
"kenapa nenek bisa sendiri tinggal di bukit ini?”tanyaku membuatnya menunjukan kepalanya.
”Nak banyak kisa yang membuatku harus tinggal di sini nak.Sudah 20 tahun lebih aku di sini. Karna aku dianggap sebagai penjahat atau biasa di sebut oleh masyarakat kami menakang (suanggi). Dengan tuduhan itu aku sampai sekarang diburuh untuk dibunuh oleh pejabat dan masyarakat setempat". Katanya sambil menangis.
Setelah cukup lama berbincang dan cukup informasi yang kuterima dari nya, aku beranjak pamit lantaran tugasku telah selesai.
Wanita tua itu kemudian memberikanku sepotong surat.
”bacalah surat ini ketika sudah tiba di kotamu.” katanya sambil menyodorkan suratnya.
Aku kemudian pergi meninggalkannya seorang diri menembus pepohonan rimba di bukit Tobi.Dalam hatiku berkata”maaf bu aku adalah mata-mata yang diutus dari penguasa untuk mencari keberadaan mu."
Dua jam lamanya untuk tiba di kota membawa kabar keberadaan penjahat untuk di eksekusi.
Aku kini tak sabar lagi ingin mengetahui isi surat dari penjahat itu. Perlahan aku membukanya dengan rasa ingin tahu yang besar.
“ surat dari ibu pertiwi untuk putranya.Nak jika badai datang sebutlah nama ibu.karna engkau selalu dalam doa ibumu.Engkau adalah sajak ku dan engkau selalu hidup dalam doaku. Banyak kisa yang sebenarnya yang tidak kau ketahui.Ibu dikhianati oleh penguasa hingga hilang rupa. Pencuri dompet itu adalah para pejabat yang telah lama diketahui ibu. Waktu itu dompet ayahmu hampir dicuri oleh pejabat yang ibu ambil sisah rotinya yang jatuh untuk kau makan. Karena ketakutan merekalah ibu dijadikan korban. Jika kau telah menerima surat ini berdoalah agar ibu tenang di alam baru. Untukmu Tome putra kesayanganku".
Aku bagai katak kehilangan teratai tak tahu kemana arahnya. Nama Tome adalah aku.Berarti wanita tua yang dianggap penjahat itu adalah ibuku.Aku kembali beranjak ke bukit menemui ibu.Sayangnya hanya mencakar jantung derita. Ibu telah meninggal dengan tragis, Ibu telah bunuh diri dengan sepotong surat di tangannya.
“ ibu tahu kaulah anakku sejak ibu mengizinkanmu masuk di gubuk tua ini.karna ibu tahu betul tanda lahir di kepalamu dan beningnya matamu.janganlah sedih hatimu ibu pergi karna sudah terpenuhi cita-cita ibu yang ingin sekali melihat wajahmu nak. Kembalilah dan selidiki lah para pejabat yang ada di kotamu. Sebab mereka suka mencuri dompet kita lalu sembunyi tangan. Akhirnya tangan kita kaum kecil yang jadi korban" isi surat terakir ibu untuku.
Catatan:
1. Jagung titi adalah makan kas orang flores Timur dari jagung yang di gepeng kan.
2. Lamaholot adalah salah satu suku yang mendiami pulau Flores.
3. Menakang adalah bahasa lamaholot yang mengarah kepada penjahat, suanggi.
Penulis : Randy Tukan.